Jika
kita membelanjakan harta untuk jalan kebaikan, maka itu bukanlah boros. Berbeda
halnya dengan seseorang yang membelanjakan harta untuk hal yang sia-sia apalagi
yang haram walau itu sedikit, tetap disebut boros. Untuk memahami apa yang
dimaksud boros, simak dalam perkataan para ulama berikut.
Apa
itu Boros?
Allah Ta’ala telah berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ
الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).
Ibnu
Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan
sesuatu bukan pada jalan yang benar.”
Mujahid
mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan
yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang
menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru,
itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”
Qotadah
mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam
berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat
kerusakan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8: 474-475).
Ibnul
Jauzi berkata bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para
ulama:
1.
Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar.
Ini dapat kita lihat dalam perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di
atas.
2.
Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta.
Abu ‘Ubaidah berkata, “Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang
menyalahgunakan, merusak dan menghambur-hamburkan harta.” (Zaadul Masiir, 5:
27-28)
Disebut
Saudara Setan
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah ingin membuat manusia
menjauhi sikap boros dengan mengatakan: “Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan”. Dikatakan demikian karena orang yang bersikap boros
menyerupai setan dalam hal ini.
Ibnu
Katsir juga mengatakan, “Disebut saudara setan karena orang yang boros dan
menghambur-hamburkan harta akan mengantarkan pada meninggalkan ketaatan pada
Allah dan terjerumus dalam maksiat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8: 475)
Dalam
tafsir Jalalain disebutkan bahwa orang yang boros, mereka telah mengikuti jalan
setan sehingga disebut dalam ayat mereka adalah saudara setan. (Tafsir Al
Jalalain, 294)
Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Orang yang boros disebut temannya
setan karena setan tidaklah mengajak selain pada sesuatu yang tercela. Setan
mengajak manusia untuk pelit dan hidup boros atau berlebih-lebihan. Padahal
Allah memerintahkan kita untuk bersikap sederhana dan pertengahan (tidak boros
dan tidak terlalu pelit). Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا
وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
"Dan orang-orang yang
apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir,
dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. " (QS. Al Furqan: 67). (Taisir Al Karimir
Rohman, 456)
Dengan
merenungkan ayat ini, kita akan memahami bahwa membeli satu puntung rokok untuk
dihisap atau membeli satu gelas wiski, itu disebut boros karena telah
menyalurkan harta ke jalan yang keliru.
Ya Allah, karuniakanlah pada kami sikap sederhana dalam hidup
dan tidak tergiur pada gemerlapnya dunia. Aamiin.
Sumber : remajaislam.com
0 komentar:
Posting Komentar